Hari ini Rania
ulang tahun yang ke-13 tepat tanggal 9 September 2011. Ulang tahuhnya dirayain
di rumah mewahnya. Meski tak dirayain gede-gedean tapi meriah. Semua temannya
ia undang tuk datang ke acara ulang tahunnya. Termasuk Reno, temen Rania satu
kelas dan satu band dengan Rania. “Reno ayo masuk” Ajak Rania. “Owh iya.. Happy
Birthday ya.. God Bless you” Kata Reno. “Thanks” Jawab singkat Rania. Reno
adalah cowok yang care dengan Rania, begitu pula Rania. Mereka selalu bersama
dalam setiap kesempatan.
Setiap hari dan
setiap latihan band dimana ada Reno pasti ada Rania. Di band Rania sebagai
vokalis. Suaranya merdu sekali. Kalau Reno sebagai gitaris. Reno sangat mahir
memainkan gitar. Piala the best player banyak yang ia dapat.
Hari ini tiada
latihan band, Reno asyik bermain PSnya. Jam masih menunjukkan 13 : 13.
Tiba-tiba HPnya bergetar tanda SMS masuk. Ternyata yang SMS Rania. “Reno, aQ
sadar kaLau kita tLah bnYak meLalui haL beRdua. Aq inGin kamu tau pRasaanqu
kLau aQ suKa sama kamu” Begitu isi SMS Rania. “Sbenernya aku juga suka sama
kamu, tapi aku masih menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkan” Batin Reno
yang tak mau membalas SMS Rania.
Disisi lain Rania
galau menunggu balasan SMS dari Reno. “Aduh, Reno kogk gak bales SMS ku sih”
Kata Rania “Udah deh gak usah dipikirin lagian kogk jadi aku yang nembak, aku
kan cewek.”
Esok hari Rania
berpura-pura tak tau apa-apa saat bertemu Reno disekolah. “Nia, tungguin
donk??” Teriak Reno dari kejauhan. Rania pun berhenti sejenak menunggu Reno
yang memenggilnya tadi. “Ehc!!” Kata Rania. “Kenapa?” Jawab Reno yang
berpura-pura tak tau apa-apa. “Gak jadi deh.” Balas Rania. “Kekantin yuk? Laper
nih” Ajak Reno. “Ea” jawab Rania. Mereka pun melangkah menuju kantin.
Belum genap
setahun Rania masih menunggu jawaban itu. Entah kenapa Reno tak juga menjawab
permintaan itu. Saat pulang sekolah Reno dan Rania pulang bersama. “Ini saat
yang tepat untuk ku tnya lagi” Batin Rania. “Reno Jawabannya mana?” Tanya
Rania. “Ehm, nanti kamu kalau tahu sendiri” jawab Reno yang langsung tanggap
dengan pertanyaan Rania. “Masak aku harus nunggu satu tahun sih? Itukan lama” Omel
Rania. “Kata siapa sebentar, perasaan belum ada setahun deh?” Balas Reno “SMS
mu aja masih aku save”. “Ohc ya.. Wow..” Balas Rania. Reno pun masih belum
memberi jawaban yang pasti kepada Rania.
“Rania aku pulang
dulu ya?” Kata Reno. “Oh iya” Balas Rania. Tak lama dari itu Rania mimisan dan
pusing. “Aduh kenapa aku ini?” Kata Rania lalu pingsan. Beberapa orang yang
lewat sebelah Rania menolongnya dan membawanya ke rumah sakit.
Rania pun siuman
“Dimana aku?”. Lalu ia terbangun dan menuju tempat dokter yang didekatnya.
“Dokter, aku sakit apa?” Tanya Rania. “Sebenarnya saya harus memberi tahukan penyakit anda ke orang rua
anda” Kata Dokter itu. “Dokter, tolong beri tahu saya” Paksa Rania. “Anda
terserang kanker darah. Stadiumnya pun sudah akut” Kata dokter. Rania pun shock
mendengar pernyataan dokter tadi.
Ditaman, Rania
meratapi nasibnya. “Ya Tuhan, kenapa aku Kau beri cobaan seberat ini? Apakah
aku kuat menghadapi cobaan ini?” Kata Rania. “Aku harus merahasiakan penyakit
ku ini”. Rania pun memutuskan untuk merahasiakan penyakitnya. “Aku harus
semangat” Senyum manis pun mulai terpasang dibibir tipisnya.
Semakin lama Rania
semakin sering mimisan dan pingsan secara tiba-tiba. Reno pun menghampiri Rania
saat dia duduk ditaman. “Nia, aku besok tak masuk sekolah. Aku harus ke
Australia, kakekku meninggal disana”
Kata Reno “Mungkin aku kembali tanggal 8 September besok lusa itu”. “Aku
akan menantimu dan jawabanmu disini” Kata Rania yang berwajah pucat. “Aku
janji. Aku pasti akan menjawab” Kata Reno.
Hari ini tanggal 7
September. Rania Merasakan sakitnya begitu hebat. “Aku harus kuat penantianku
tak boleh gagal.” Kata Rania. Sekarang Rania jarang beraktivitas diluar rumah.
Ia lebih banyak menghabiskan waktu dikamarnya.
Tiba-tiba Rania
merasakan sakit yang begitu hebat untuk kedua kalinya. Mimisan yang ia
keluarkan lebih banyak dibanding biasanya. “Aku harus menulis surat untuk Reno.
Aku tlah membuktikan penantian ku. Ku rasa ajal semakin dekat denganku” Kata
Rania yang sedang menulis surat disecarik kertas yang sebagian berlumur darah
mimisannya.
Kabar duka
menggema bahwa Rania telah meninggal dunia. Suara tangis orang tua Rania pun
terdengar. “Rania jangan tinggalin mama” Kata Mama Rania sambil menangis
tersedu-sedu. “Sudah Ma, ini memang sudah takdir” Kata Papa Rania yang berusaha
menenangkan Mama Rania. Setelah dikafani, Rania dimakamkan di tempat pemakaman
keluarga besar Rania. Disitulah penantian Rania terkubur.
Reno pun telah
datang dari Australia. “Ahc, hari ini aku tak kerumah Rania. Besokkan hari
ulang tahunnya yang ke-14. Sekalian buat surprise buat dia”.
Keesokan hari tlah
tiba. Reno telah siap pergi careumah Rania sambil membawa roti tart kesukaan
Rania. Ia tak mengerti kalau Rania tlah meninggal.
Sesampainya
dirumah Rania. “Tok.. Tok..” Reno mengetuk pintu rumah Rania. Mama Rania
membukakan pintu. “Rania ada tante?” Tanya Reno. “Rania.. Rania” Kata Mama
Rania yang hampir menangis. “Rania kenapa tante?”. “Rania udah meninggal Ren..”
Jawab Mama Rania sambil menangis. Reno tak kuasa menahan tangis. Kue tart yang
ia bawa jatuh. “Ini ada surat dari Rania” Kata Mama Rania sambil memberikan
surat itu ke Reno. Reno pun segera pergi dari rumah Rania.
Ditaman tempat
mereka biasa bercanda dan tempat mereka terakhir bertemu Reno membaca surat
itu, sambil menitihkan air mata.
Dear Reno
Reno, maafkan aku bila
aku tak memberi tahumu kalau aku mempunyai penyakit kanker darah. Dan bila kamu
tak menjawab juga tak apa. Aku sudah ikhlas. Tapi ku tlah membuktikan
penantiaan ku hingga ajal menjemputku.
Rania Putri
Reno pun segera
pergi ke tempat peristirahatan Rania yang terakhir. Ketika Reno tlah disebelah
makam Rania. Reno pun menangis “Nia, kenapa kamu tinggalin aku, padahal aku
akan mengungkapan perasaanku di hari ulang tahunmu ini” Kata Reno sambil
menangis “Selamat ulang tahun ya Nia, aku menyesal tlah membuatmu menunggu. I
LOVE YOU”. Sambil mengelus nisan Rania. Reno meletakkan setangkai mawar merah
di atas makam Rania, yang mengubur jasad dan penantiannya pada Reno.
By : Shelyan Astuti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar